Yang kita maksud dengan kekeliruan di sini adalah penggambaran jati diri jin yang tidak sesuai dengan syari’at Islam atau menyimpang darinya. Sudut pandang kita adalah syari’at Islam, bukan seni acting, teknik ambil gambar, atau asumsi yang berkembang di tengah masyarakat. Meskipun tayangan-tayangan tersebut disajikan dalam kemasan hiburan dan tontonan. Di antara kekeliruan media massa, terutama televisi atau layar lebar dalam memaparkan kehidupan jin adalah.
1. Setiap Orang Mati Secara Tidak Wajar Ruhnya akan Gentayangan.
Syari’at Islam tidak mengenal istilah arwah gentayangan. Karena roh orang yang baik atau yang jahat ketika dicabut dari jasadnya, keduanya telah kembali ke tempat yang telah disediakan Allah. Mereka telah pindah alam, dari alam dunia ke alam Barzakh. Roh orang-orang yang shalih disediakan tempat terpisah dari roh orang-orang jahat. Sebagaimana yang termaktub dalam shahih Muslim 4/2202 no. 2872 dalam hadits tentang tempat kembalinya roh mukmin dan kafir.
Dalam riwayat tersebut disebutkan nama kedua tempat kembalinya, yaitu akhirul ajal. Tetapi Qodhi ‘Iyadh menjelaskan bahwa kedua kata itu berbeda arti. Roh orang mukmin akan kembali ke al-Malaul A’la atau ‘Illiyyin (tempat yang paling tinggi), dan roh orang kafir kembali ke Sijjin (tempat yang paling bawah). Pernyataan beliau didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Abu Said al-Khudri yang jelas menyebut Sijjin sebagai tempat kembali roh orang kafir. Jadi, tidak ada roh gentayangan dalam kajian Islam.
Kalau begitu siapa yang menampakkan diri dan menyerupai sosok orang yang telah meninggal dunia? Penampakan itu ada karena halusinasi orang yang melihat, atau memang benar-benar penampakan yang dilakukan oleh jin. Adapun halusinasi tidak masuk dalam pembahasan kita kali ini, yang kita bahas adalah penampakan jin. Memang jin mampu merubah dirinya dalam bentuk yang dikehendaki Allah sesuai dengan izin-Nya, hanya saja mereka tidak bisa menyerupai sosok Rasulullah. “Sesungguhnya syetan bisa menyerupai siapapun, tapi ia tidak akan bisa menyerupaiku”, begitulah Rasulullah menegaskannya dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Jadi kalau ada penampakan seperti sosok orang yang telah meninggal, itu bukan roh orang tersebut yang penasaran lalu gentayangan. Tapi itu ulah syetan untuk menyesatkan manusia. Dan kelihatannya misi mereka berhasil, karena kenyataannya banyak masyrakat yang termakan oleh persepsi yang salah tersebut. Buktinya tayangan tentang arwah penasaran dan gentayangan yang diyakini sebagai roh manusia masih ‘gentayangan’ dan digemari banyak pemirsanya.
Kalau penampakan yang ada itu persis dengan orang yang telah meninggal, tindakan dan tutur katanya sama, biasanya pelakunya adalah jin qorin. Jin qorin adalah jin pendamping yang mendampingi seseorang semenjak dilahirkan, sehingga ia tahu betul akan kebiasaan dan kekhasan dari manusia yang didampinginya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pun di antara kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad).
2. Roh Penasaran Bisa Menampakkan Diri.
Roh adalah suatu yang ringan dan lembut yang bergerak dan mengalir dalam tubuh, sebagaimana air mengalir dalam tumbuhan atau api dalam sekam. Islam tidak mengenal reinkarnasi. Setiap jasad ada rohnya masing-masing, yang akan bertanggung jawab atas perbuatannya selama di dunia. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudhghah selama itu juga. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Roh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam jasad adalah salah satu dari permasalahan ghoib yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Maka dari itu ketika Rasulullah ditanya tentang roh, Allah memberinya jawaban, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85).
Tidak ada satupun ayat atau hadits yang menjelaskan bahwa roh yang telah keluar dari jasadnya, bisa berubah wujud menjadi sosok jasad yang ditinggalkannya, apalagi merasuki jasad orang lain. Yang bisa berubah wujud atau menyerupai sesuatu atau sosok seseorang adalah malaikat dan jin. Dan roh yang ditiupkan ke jasad seseorang, bukanlah malaikat atau jin, yang ketika telah lepas dari jasadnya bisa berubah wujud atau menampakkan diri.
3. Jin yang menampakkan diri tidak bisa disakiti.
Sering kita lihat dalam tayangan Televisi yang memberitakan suasana ketakutan yang dialami oleh seseorang yang didatangi syetan saat menampakkan diri. Dalam ketakutannya, orang tersebut berusaha melakukan perlawanan, menembak penampakan itu dengan senjata api, membabatnya dengan senjata tajam, atau melemparinya dengan benda-benda yang ada di dekatnya. Akan tetapi usaha tersebut sia-sia belaka, penampakan itu malah tertawa keras dan dengan sombongnya melecehkan perlawanan orang tersebut.
Tidak satupun senjata yang bisa melukainya, semuanya hanya tembus begitu saja seperti melempar ruang hampa. Karena seringnya kita dicekoki oleh tayangan salah seperti itu, akhirnya kita berkeyakinan bahwa syetan itu hebat dan sakti mandra guna, karena tidak bisa disakiti ataupun dibunuh.
Informasi itu jelas bertentangan dengan syari’at Islam, yang telah menceritakan bahwa syetan yang berubah wujud dan menampakkan diri ternyata bisa disakiti bahkan dibunuh. Simaklah kejadian yang diceritakan oleh Abu Sa’id al-Khudri. Bahwa ada seorang shahabat Rasulullah yang membunuh seekor ular di rumahnya, ketika bangkainya mau dibuang, ternyata ular itu masih hidup lalu mematuknya, akhirnya kedua-duanya (ular dan shahabat tersebut mati).
Ketika peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah, beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada sekelompok jin yang telah masuk Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka di rumah kalian, maka usirlah sebanyak tiga kali. Jika setelah itu ia masih terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim, no. 4151).
Aisyah berkata, “Ketika Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membanting dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku.” (HR. Nasai). Dari dua riwayat di atas, jelaslah bagi kita bahwa syetan yang menampakkan diri akan berlaku baginya hukum penampakan, bisa kita sakiti atau kita bunuh sebagaimana yang telah dilakukan oleh seorang shahabat Rasulullah di atas.
4. Jin Mengetahui Perkara Ghoib.
Termasuk yang sering diekspos televise, layar lebar atau media massa lainnya seputar kehidupan jin adalah, kehebatannya dalam mengetahui hal-hal yang ghoib. Bahkan terkesan berlebihan dan dibesar-besarkan. Sehingga ketika ada masalah yang berkaitan dengan keghoiban, cara penyelesaiannya tidak jauh dari praktik perdukunan. Karena mereka yakin setiap dukun (apalagi dukun yang sudah punya nama atau terkenal, punya piaraan Jin atau akses dan koneksi dengannya). Seperti untuk menyingkap nasib seseorang yang akan datang, jodohnya atau untuk mengungkap marabahaya yang akan datang. Tayangan dan tontonan seperti itu sangat berpotensi untuk mengikis sifat tawakkal pemirsanya kepada Allah, bahkan menggiring mereka untuk menggantungkan nasibnya kepada selain Allah.
Secara umum jin itu seperti manusia, punya keterbatasan. Termasuk pengetahuan mereka tentang masalah keghoiban, mereka tidak mengetahui hal ghoib yang hakiki. Jin telah mengakui hal itu dalam al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”.(QS. Al-Jin: 10).
Bahkan Allah telah menunjukkan kepada kita akan ketidaktahuan jin tentang perkara yang ghoib. Misalnya, kematian seseorang. Allah berfirman, “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS. Saba’: 14).
Para jin itu baru mengetahui kematian Nabi Sulaiman, setelah rayap tanah memakan tongkatnya, sehingga tongkat itu patah lalu Nabi Sulaiman jatuh tersungkur. Inilah bukti konkrit atas tidak tahunya jin mengenai hal yang ghoib. Tidak seperti yang digambarkan dalam tayangan-tayangan selama ini, seakan jin bisa mengetahui isi hati dan nasib manusia, ramalan masa depan dan yang sejenisnya. Itulah opini yang salah dan menyesatkan dan harus segera diluruskan.
5. Jin Takut Pada Jimat.
Itulah persepsi yang berhasil dibangun oleh televisi atau media massa lain, merekalah yang selama ini sering menampilkan beragam jimat yang digunakan anak manusia untuk mengusir jin jahat atau syetan. Merekalah yang memberitahu masyarakat luas bahwa dukun bersama jimat yang dimilikinya bisa menghalau syetan, bahkan menyiksa dan membunuhnya. Itulah cerita klenik dan menyesatkan banyak orang. Orang-orang yang menyajikan materi seperti itu di media bertanggung jawab atas penyesatan ini.
Disadari atau tidak, tayangan seperti itu telah mengajak pemirsanya untuk pergi ke dukun, paranormal dan orang yang sejenis mereka. Kita diajak untuk memakai jimat atau benda keramat lain agar selamat dari gangguan syetan. Padahal Rasulullah telah menegaskan, “Barangsiapa yang memakai (menggantungkan) jimat maka ia telah syirik”. (HR. Ahmad dan dishahihkan al-Albani).
Yang menciptakan syetan adalah Allah. Dan Allah-lah yang paling paham tentang apa saja yang disukai syetan atau apa saja yang ditakutinya. Tidak ada satu ayat pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa syetan takut pada jimat, isim, wifiq. rajah atau benda-benda pusaka dan yang sejenisnya. Yang diberitahukan oleh Rasulullah adalah syetan takut terhadap bacaan ayat-ayat suci atau doa-doa yang telah beliau ajarkan.
Seperti yang disabdakan Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim). Atau hadits lain, “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi sampai tuntas, karena Allah senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah). Itulah cara mengusir syetan dan cara membentengi diri dari gangguan syetan secara benar, alias sesuai dengan syari’at Islam, bukan dengan mengoleksi jimat atau minta disembur ludah dukun.
6. Jin Bisa Dilihat Manusia.
Ada beberapa stasiun Televisi yang menyajikan tayangan reality show dan banyak digemari pemirsanya. Sebelum sesi uji nyali dengan menghadirkan seseorang untuk menghadapi ‘kekuatan ghaib’ yang ada di lokasi tersebut, dihadirkanlah seorang dukun yang diberi lebel praktisi spiritual atau ahli supranatural. Setelah melakukan penerawangan, dia menyebutkan kekuatan ghaib yang ada di lokasi, disertai dengan menyebut sosok dan tampangnya. Bahkan dia berani mengklaim bahwa dirinya bisa menggiring atau mendatangkan makhluk ghaib dari luar lokasi.
Kesaktian yang didemonstrasikan para dukun itu telah menyesatkan banyak pemirsa. Karena bertentangan dengan informasi yang ada di dalam al-Qur’an. Allah telah berfirman, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. al-A’raf: 27).
Rasulullah juga telah bersabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah. Karena mereka sedang melihat apa yang selama ini tidak bisa kalian lihat (syetan).” (HR. Abu Daud).
Ayat dan hadits tersebut secara jelas memberitahukan kepada kita bahwa jin dalam bentuk aslinya tidak bisa dilihat oleh mata atau ditangkap kamera, kecuali kalau jin tersebut menampakkan diri. Maka dari itu Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah berkata, “Sesungguhnya syetan bisa menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang bisa kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah pada surat al-A’raf: 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli penciptaannya.” (Fathul Bari: 9/ 55).
Sehingga Imam Syafi’i pernah mengatakan, “Barangsiapa mengaku dirinya bisa melihat keberadaan jin (dalam bentuk aslinya) maka kami tolak kesaksiannya (karena dia pembohong, pen.), kecuali kalau dia seorang Nabi.” (Fathul Bari: 4/ 489). Kalau kita tidak bisa melihat bentuk aslinya, lalu bagaimana mungkin kita bisa memburu dan menangkapnya kemudian memasukkannya ke dalam botol…???
7. Jin Takut pada Sinar Matahari.
Beberapa tayangan televisi yang melibatkan jin dalam alur cerita mereka, sering menggambarkan bahwa jin atau syetan itu takut pada sinar matahari. Digambarkan ada sosok jin yang menampakkan diri lalu mendatangi seseorang. Dengan berbagai cara dia menakut-nakuti orang tersebut, manampakkan mukanya yang rusak, badannya yang bunting, wajah yang remuk dan berdarah-darah, serta bentuk mengerikan lainnya.
Dan ketika ada ayam yang berkokok pertanda fajar akan menyingsing dan matahari akan terbit, maka si syetan pun ketakutan lalu segera kabur meninggalkan orang tersebut. Mungkin itu termasuk akulturasi dari agama yang menjadikan matahari sebagai sesembahan dan mereka percaya bahwa Matahari punya kekuatan yang ditakuti syetan? Sebagaimana kepercayaan Ratu Bilqis istri Nabi Sulaiman dan kaumnya sebelum mereka masuk Islam, yang kisahnya diabadikan al-Qur’an di surat an-Naml ayat 24.
Tapi benarkah syetan takut terhadap sinar matahari? Dalam haditsnya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya matahari terbit antara dua tanduk syetan, dan tenggelam antara dua tanduk syetan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bagaimana kita bias mengambil kesimpulan bahwa syetan itu takut pada sinar matahari, padahal matahari terbit dan tenggelam antara dua tanduk syetan?
Manusia itu senantiasa belajar dari apa yang dilihat, dibaca, didengar, dan yang dirasakan. Maka janganlah menganggap enteng terhadap tayangan televisi atau media massa yang ada. Karena sedikit banyak tindakan dan pola pikir kita akan terwarnai dengan informasi-informasi yang berseliweran di sekitar kita. Orang yang suka melihat tayangan mistik dan perdukunan, maka cara dia menyelesaikan masalah yang dihadapi tidak jauh dari materi tontonannya. Tontonan yang mengkultuskan kesaktian dukun akan membentuk keyakinan dalam diri kita bahwa dukun itu hebat. Sampai-sampai tersebar pameo dalam masyarakat, terutama di kalangan remaja “Cinta ditolak, dukun bertindak”, betul-betul slogan yang menyesatkan.
Alam Jin adalah alam ghoib, dan tidak ada yang mengetahui secara mendalam kecuali Allah. Sedangkan Rasul kita, Muhammad bin Abdullah mengetahui sebatas wahyu yang beliau terima dari Allah. Al-Qur’an menegaskan, “Katakanlah, ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghoib selain Allah.” (QS. An-Naml: 65).
Maka dari itu, jagalah diri Anda dan keluarga, terutama anak-anak yang masih polos. Jangan sampai termakan oleh opini dari tayangan, tontonan serta bacaan yang menyesatkan, agar kita tidak menjadi teman syetan di neraka Jahannam. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6). Agar iman kita kepada yang ghoib tidak salah, maka gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya. Ingat, iman kepada yang ghoib termasuk ciri pertama orang yang bertaqwa. Lihat Surat al-Baqoroh ayat 1-3.
Sumber : http://majalahghoib.blogspot.com/
1. Setiap Orang Mati Secara Tidak Wajar Ruhnya akan Gentayangan.
Syari’at Islam tidak mengenal istilah arwah gentayangan. Karena roh orang yang baik atau yang jahat ketika dicabut dari jasadnya, keduanya telah kembali ke tempat yang telah disediakan Allah. Mereka telah pindah alam, dari alam dunia ke alam Barzakh. Roh orang-orang yang shalih disediakan tempat terpisah dari roh orang-orang jahat. Sebagaimana yang termaktub dalam shahih Muslim 4/2202 no. 2872 dalam hadits tentang tempat kembalinya roh mukmin dan kafir.
Dalam riwayat tersebut disebutkan nama kedua tempat kembalinya, yaitu akhirul ajal. Tetapi Qodhi ‘Iyadh menjelaskan bahwa kedua kata itu berbeda arti. Roh orang mukmin akan kembali ke al-Malaul A’la atau ‘Illiyyin (tempat yang paling tinggi), dan roh orang kafir kembali ke Sijjin (tempat yang paling bawah). Pernyataan beliau didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Abu Said al-Khudri yang jelas menyebut Sijjin sebagai tempat kembali roh orang kafir. Jadi, tidak ada roh gentayangan dalam kajian Islam.
Kalau begitu siapa yang menampakkan diri dan menyerupai sosok orang yang telah meninggal dunia? Penampakan itu ada karena halusinasi orang yang melihat, atau memang benar-benar penampakan yang dilakukan oleh jin. Adapun halusinasi tidak masuk dalam pembahasan kita kali ini, yang kita bahas adalah penampakan jin. Memang jin mampu merubah dirinya dalam bentuk yang dikehendaki Allah sesuai dengan izin-Nya, hanya saja mereka tidak bisa menyerupai sosok Rasulullah. “Sesungguhnya syetan bisa menyerupai siapapun, tapi ia tidak akan bisa menyerupaiku”, begitulah Rasulullah menegaskannya dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Jadi kalau ada penampakan seperti sosok orang yang telah meninggal, itu bukan roh orang tersebut yang penasaran lalu gentayangan. Tapi itu ulah syetan untuk menyesatkan manusia. Dan kelihatannya misi mereka berhasil, karena kenyataannya banyak masyrakat yang termakan oleh persepsi yang salah tersebut. Buktinya tayangan tentang arwah penasaran dan gentayangan yang diyakini sebagai roh manusia masih ‘gentayangan’ dan digemari banyak pemirsanya.
Kalau penampakan yang ada itu persis dengan orang yang telah meninggal, tindakan dan tutur katanya sama, biasanya pelakunya adalah jin qorin. Jin qorin adalah jin pendamping yang mendampingi seseorang semenjak dilahirkan, sehingga ia tahu betul akan kebiasaan dan kekhasan dari manusia yang didampinginya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pun di antara kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad).
2. Roh Penasaran Bisa Menampakkan Diri.
Roh adalah suatu yang ringan dan lembut yang bergerak dan mengalir dalam tubuh, sebagaimana air mengalir dalam tumbuhan atau api dalam sekam. Islam tidak mengenal reinkarnasi. Setiap jasad ada rohnya masing-masing, yang akan bertanggung jawab atas perbuatannya selama di dunia. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudhghah selama itu juga. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Roh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam jasad adalah salah satu dari permasalahan ghoib yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Maka dari itu ketika Rasulullah ditanya tentang roh, Allah memberinya jawaban, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra’: 85).
Tidak ada satupun ayat atau hadits yang menjelaskan bahwa roh yang telah keluar dari jasadnya, bisa berubah wujud menjadi sosok jasad yang ditinggalkannya, apalagi merasuki jasad orang lain. Yang bisa berubah wujud atau menyerupai sesuatu atau sosok seseorang adalah malaikat dan jin. Dan roh yang ditiupkan ke jasad seseorang, bukanlah malaikat atau jin, yang ketika telah lepas dari jasadnya bisa berubah wujud atau menampakkan diri.
3. Jin yang menampakkan diri tidak bisa disakiti.
Sering kita lihat dalam tayangan Televisi yang memberitakan suasana ketakutan yang dialami oleh seseorang yang didatangi syetan saat menampakkan diri. Dalam ketakutannya, orang tersebut berusaha melakukan perlawanan, menembak penampakan itu dengan senjata api, membabatnya dengan senjata tajam, atau melemparinya dengan benda-benda yang ada di dekatnya. Akan tetapi usaha tersebut sia-sia belaka, penampakan itu malah tertawa keras dan dengan sombongnya melecehkan perlawanan orang tersebut.
Tidak satupun senjata yang bisa melukainya, semuanya hanya tembus begitu saja seperti melempar ruang hampa. Karena seringnya kita dicekoki oleh tayangan salah seperti itu, akhirnya kita berkeyakinan bahwa syetan itu hebat dan sakti mandra guna, karena tidak bisa disakiti ataupun dibunuh.
Informasi itu jelas bertentangan dengan syari’at Islam, yang telah menceritakan bahwa syetan yang berubah wujud dan menampakkan diri ternyata bisa disakiti bahkan dibunuh. Simaklah kejadian yang diceritakan oleh Abu Sa’id al-Khudri. Bahwa ada seorang shahabat Rasulullah yang membunuh seekor ular di rumahnya, ketika bangkainya mau dibuang, ternyata ular itu masih hidup lalu mematuknya, akhirnya kedua-duanya (ular dan shahabat tersebut mati).
Ketika peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah, beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada sekelompok jin yang telah masuk Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka di rumah kalian, maka usirlah sebanyak tiga kali. Jika setelah itu ia masih terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim, no. 4151).
Aisyah berkata, “Ketika Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membanting dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku.” (HR. Nasai). Dari dua riwayat di atas, jelaslah bagi kita bahwa syetan yang menampakkan diri akan berlaku baginya hukum penampakan, bisa kita sakiti atau kita bunuh sebagaimana yang telah dilakukan oleh seorang shahabat Rasulullah di atas.
4. Jin Mengetahui Perkara Ghoib.
Termasuk yang sering diekspos televise, layar lebar atau media massa lainnya seputar kehidupan jin adalah, kehebatannya dalam mengetahui hal-hal yang ghoib. Bahkan terkesan berlebihan dan dibesar-besarkan. Sehingga ketika ada masalah yang berkaitan dengan keghoiban, cara penyelesaiannya tidak jauh dari praktik perdukunan. Karena mereka yakin setiap dukun (apalagi dukun yang sudah punya nama atau terkenal, punya piaraan Jin atau akses dan koneksi dengannya). Seperti untuk menyingkap nasib seseorang yang akan datang, jodohnya atau untuk mengungkap marabahaya yang akan datang. Tayangan dan tontonan seperti itu sangat berpotensi untuk mengikis sifat tawakkal pemirsanya kepada Allah, bahkan menggiring mereka untuk menggantungkan nasibnya kepada selain Allah.
Secara umum jin itu seperti manusia, punya keterbatasan. Termasuk pengetahuan mereka tentang masalah keghoiban, mereka tidak mengetahui hal ghoib yang hakiki. Jin telah mengakui hal itu dalam al-Qur’an, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”.(QS. Al-Jin: 10).
Bahkan Allah telah menunjukkan kepada kita akan ketidaktahuan jin tentang perkara yang ghoib. Misalnya, kematian seseorang. Allah berfirman, “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS. Saba’: 14).
Para jin itu baru mengetahui kematian Nabi Sulaiman, setelah rayap tanah memakan tongkatnya, sehingga tongkat itu patah lalu Nabi Sulaiman jatuh tersungkur. Inilah bukti konkrit atas tidak tahunya jin mengenai hal yang ghoib. Tidak seperti yang digambarkan dalam tayangan-tayangan selama ini, seakan jin bisa mengetahui isi hati dan nasib manusia, ramalan masa depan dan yang sejenisnya. Itulah opini yang salah dan menyesatkan dan harus segera diluruskan.
5. Jin Takut Pada Jimat.
Itulah persepsi yang berhasil dibangun oleh televisi atau media massa lain, merekalah yang selama ini sering menampilkan beragam jimat yang digunakan anak manusia untuk mengusir jin jahat atau syetan. Merekalah yang memberitahu masyarakat luas bahwa dukun bersama jimat yang dimilikinya bisa menghalau syetan, bahkan menyiksa dan membunuhnya. Itulah cerita klenik dan menyesatkan banyak orang. Orang-orang yang menyajikan materi seperti itu di media bertanggung jawab atas penyesatan ini.
Disadari atau tidak, tayangan seperti itu telah mengajak pemirsanya untuk pergi ke dukun, paranormal dan orang yang sejenis mereka. Kita diajak untuk memakai jimat atau benda keramat lain agar selamat dari gangguan syetan. Padahal Rasulullah telah menegaskan, “Barangsiapa yang memakai (menggantungkan) jimat maka ia telah syirik”. (HR. Ahmad dan dishahihkan al-Albani).
Yang menciptakan syetan adalah Allah. Dan Allah-lah yang paling paham tentang apa saja yang disukai syetan atau apa saja yang ditakutinya. Tidak ada satu ayat pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa syetan takut pada jimat, isim, wifiq. rajah atau benda-benda pusaka dan yang sejenisnya. Yang diberitahukan oleh Rasulullah adalah syetan takut terhadap bacaan ayat-ayat suci atau doa-doa yang telah beliau ajarkan.
Seperti yang disabdakan Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim). Atau hadits lain, “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi sampai tuntas, karena Allah senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah). Itulah cara mengusir syetan dan cara membentengi diri dari gangguan syetan secara benar, alias sesuai dengan syari’at Islam, bukan dengan mengoleksi jimat atau minta disembur ludah dukun.
6. Jin Bisa Dilihat Manusia.
Ada beberapa stasiun Televisi yang menyajikan tayangan reality show dan banyak digemari pemirsanya. Sebelum sesi uji nyali dengan menghadirkan seseorang untuk menghadapi ‘kekuatan ghaib’ yang ada di lokasi tersebut, dihadirkanlah seorang dukun yang diberi lebel praktisi spiritual atau ahli supranatural. Setelah melakukan penerawangan, dia menyebutkan kekuatan ghaib yang ada di lokasi, disertai dengan menyebut sosok dan tampangnya. Bahkan dia berani mengklaim bahwa dirinya bisa menggiring atau mendatangkan makhluk ghaib dari luar lokasi.
Kesaktian yang didemonstrasikan para dukun itu telah menyesatkan banyak pemirsa. Karena bertentangan dengan informasi yang ada di dalam al-Qur’an. Allah telah berfirman, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. al-A’raf: 27).
Rasulullah juga telah bersabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah. Karena mereka sedang melihat apa yang selama ini tidak bisa kalian lihat (syetan).” (HR. Abu Daud).
Ayat dan hadits tersebut secara jelas memberitahukan kepada kita bahwa jin dalam bentuk aslinya tidak bisa dilihat oleh mata atau ditangkap kamera, kecuali kalau jin tersebut menampakkan diri. Maka dari itu Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah berkata, “Sesungguhnya syetan bisa menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang bisa kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah pada surat al-A’raf: 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli penciptaannya.” (Fathul Bari: 9/ 55).
Sehingga Imam Syafi’i pernah mengatakan, “Barangsiapa mengaku dirinya bisa melihat keberadaan jin (dalam bentuk aslinya) maka kami tolak kesaksiannya (karena dia pembohong, pen.), kecuali kalau dia seorang Nabi.” (Fathul Bari: 4/ 489). Kalau kita tidak bisa melihat bentuk aslinya, lalu bagaimana mungkin kita bisa memburu dan menangkapnya kemudian memasukkannya ke dalam botol…???
7. Jin Takut pada Sinar Matahari.
Beberapa tayangan televisi yang melibatkan jin dalam alur cerita mereka, sering menggambarkan bahwa jin atau syetan itu takut pada sinar matahari. Digambarkan ada sosok jin yang menampakkan diri lalu mendatangi seseorang. Dengan berbagai cara dia menakut-nakuti orang tersebut, manampakkan mukanya yang rusak, badannya yang bunting, wajah yang remuk dan berdarah-darah, serta bentuk mengerikan lainnya.
Dan ketika ada ayam yang berkokok pertanda fajar akan menyingsing dan matahari akan terbit, maka si syetan pun ketakutan lalu segera kabur meninggalkan orang tersebut. Mungkin itu termasuk akulturasi dari agama yang menjadikan matahari sebagai sesembahan dan mereka percaya bahwa Matahari punya kekuatan yang ditakuti syetan? Sebagaimana kepercayaan Ratu Bilqis istri Nabi Sulaiman dan kaumnya sebelum mereka masuk Islam, yang kisahnya diabadikan al-Qur’an di surat an-Naml ayat 24.
Tapi benarkah syetan takut terhadap sinar matahari? Dalam haditsnya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya matahari terbit antara dua tanduk syetan, dan tenggelam antara dua tanduk syetan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bagaimana kita bias mengambil kesimpulan bahwa syetan itu takut pada sinar matahari, padahal matahari terbit dan tenggelam antara dua tanduk syetan?
Manusia itu senantiasa belajar dari apa yang dilihat, dibaca, didengar, dan yang dirasakan. Maka janganlah menganggap enteng terhadap tayangan televisi atau media massa yang ada. Karena sedikit banyak tindakan dan pola pikir kita akan terwarnai dengan informasi-informasi yang berseliweran di sekitar kita. Orang yang suka melihat tayangan mistik dan perdukunan, maka cara dia menyelesaikan masalah yang dihadapi tidak jauh dari materi tontonannya. Tontonan yang mengkultuskan kesaktian dukun akan membentuk keyakinan dalam diri kita bahwa dukun itu hebat. Sampai-sampai tersebar pameo dalam masyarakat, terutama di kalangan remaja “Cinta ditolak, dukun bertindak”, betul-betul slogan yang menyesatkan.
Alam Jin adalah alam ghoib, dan tidak ada yang mengetahui secara mendalam kecuali Allah. Sedangkan Rasul kita, Muhammad bin Abdullah mengetahui sebatas wahyu yang beliau terima dari Allah. Al-Qur’an menegaskan, “Katakanlah, ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghoib selain Allah.” (QS. An-Naml: 65).
Maka dari itu, jagalah diri Anda dan keluarga, terutama anak-anak yang masih polos. Jangan sampai termakan oleh opini dari tayangan, tontonan serta bacaan yang menyesatkan, agar kita tidak menjadi teman syetan di neraka Jahannam. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6). Agar iman kita kepada yang ghoib tidak salah, maka gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya. Ingat, iman kepada yang ghoib termasuk ciri pertama orang yang bertaqwa. Lihat Surat al-Baqoroh ayat 1-3.
Sumber : http://majalahghoib.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar